Apa Itu Topan Vamei yang Bikin RI Diguyur Hujan Deras

Warga beraktifitas saat banjir setinggi 60 cm menggenangi kawasan Pesing Koneng, Jakarta, Senin (27/2/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Badai Tropis Vamei atau Topan Vamei merupakan fenomena yang diklaim langka. Fenomena ini disebut berkontribusi pada hujan deras yang terjadi belakangan ini di Indonesia. Kok bisa?

Sebelum membahas lebih jauh, fenomena Topan Vamei ini pernah diungkap pada studi yang dilakukan Chang dkk. dari Department of Meteorology, Naval Postgraduate School, Monterey, California, AS bertajuk ‘Typhoon Vamei: An equatorial tropical cyclone formation’ (2003).

Penelitian ini berdasarkan temuan Taifun Vamei pada 27 Desember 2001. Ini merupakan fenomena formasi siklon tropis pertama yang tercatat dalam jarak 1,5 derajat dari garis khatulistiwa.

Mengutip CNN, fenomena itu merupakan hasil dari dua sistem yang saling berinteraksi; pertama, pusaran Borneo yang lemah yang melayang ke ujung selatan Laut China Selatan dan bertahan di sana selama 4 hari.

Kedua, gelombang dingin yang kuat dan terus-menerus yang menciptakan pusaran siklon latar belakang yang besar di khatulistiwa.

Chang menjelaskan kasus ini terjadi selama angin atau monsun musim dingin di belahan bumi utara. Gelombang dingin di timur laut secara sporadis menyebar ke arah ekuator dari benua Asia Timur di tepi tenggara permukaan tertinggi.

Lonjakan dingin (cold surge) terkuat yang terjadi di Laut China Selatan. Dengan udara yang tidak lagi dingin, angin timur laut bergerak ke selatan dengan cepat ke arah khatulistiwa dalam dua hari.

Kekekalan potensi vortisitas (pusaran fluida) menyebabkan udara berbelok ke arah timur setelah melintasi khatulistiwa. Angin barat dari belahan bumi selatan ini dapat meningkatkan monsun Australia lebih jauh ke selatan.

Di sisi lain, Kalimantan, yang jadi lokasi pusaran Borneo, ada di sebelah tenggara sabuk gelombang angin utama di Laut China Selatan ini. Pusaran ini lantas berkembang menjadi siklon tropis.

Gelombang dingin berkembang pesat di atas Laut China Selatan, sementara pusat pusaran Kalimantan terletak di dekat 3° LU di pantai barat laut.

Pusat-pusat pusaran pun berpindah ke lepas pantai menjadi di atas air dengan diameter yang menyempit hingga 500 km. Hal itu berlanjut selama beberapa hari.

Akibatnya, aliran lintas-ekuator melilit pusaran dan hasilnya adalah putaran cepat berlawanan arah jarum jam yang mirip dengan putaran gasing yang dimainkan oleh seorang anak.

“Dan ini menyebabkan berkembangnya Topan Vamei,” ujar Chang dkk.

Mereka menghitung kasus ini amat jarang terjadi, hanya 100 hingga 400 tahun sekali dengan pertimbangan beberapa faktor.

“Kami memperkirakan probabilitas topan berkembang di Laut China Selatan khatulistiwa menjadi sekitar 0,12-0,49 persen per tahun, atau perkiraan sekitar setiap 300-400 tahun sekali,” kata mereka.

“Probabilitas ini dapat ditingkatkan dengan faktor 3,5, menjadi sekitar sekali setiap 100 tahun, jika kita menurunkan periode persistensi yang diperlukan dari pusat pusaran Kalimantan di wilayah laut khatulistiwa menjadi 72 jam,” tandas peneliti.

Topan Vamei Bikin RI diguyur hujan deras

Meski disebut langka fenomena ini pasalnya berkontribusi besar pada cuaca buruk di sebagian besar wilayah Indonesia beberapa hari terakhir.

Peneliti Klimatologi di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin mengungkapkan hujan deras dan angin kencang yang terjadi di awal Maret ini dipicu dua fenomena yang ada di Laut Natuna Utara (Laut China Selatan) yang saling berinteraksi.

Yakni, Lonjakan Lintas Utara Khatulistiwa atau Cross Equatorial Northly Surges (CENS) dan Vorteks Borneo atau badai.

CENS merupakan penguatan angin dari utara yang memiliki kecepatan rata-rata di atas 5 m/det di wilayah Laut China selatan bagian selatan dekat Laut Jawa.

Berdasarkan pantauan BRIN, indeks CENS mulai aktif sejak 21 Februari hingga sekarang. Angin dari utara yg kuat ini telah berperan memperkuat angin monsun hingga 2-3 kali lipat semula, sehingga memengaruhi angin kencang yg marak terjadi saat ini.

Kedua, vorteks Borneo. Vorteks adalah pusaran angin yang memiliki radius putaran pada skala meso, yaitu antara puluhan hingga ratusan kilometer.

“Saat ini, vorteks Borneo mulai terbentuk dekat ekuator di atas Laut China Selatan,” tulis Erma dikutip dari cuitan Twitternya.

Jika CENS terbentuk terus menerus dan berinternasi dengan Vorteks Borneo yang secara terus-menerus pada lokasi yang sama, makin lama akan semakin kuat dan membesar selamla lebih dari 72 jam atau empat hari, maka akan membentuk siklon tropis Vamei.

Dalam update teranyar yang ia cuitkan, vorteks Borneo yang berada di sekitar Laut Natuna Utara disebut telah meluruh. Namun angin kencang sisanya dari utara kini mengarah ke Pulau Jawa.

Di sisi lain, Jawa menjadi pusat konvergensi, sehingga angin dari Samudra Hindia pun menuju Jawa yang menimbulkan hujan tiada henti.

“Inilah kondisi ekstrem yg sejak Desember saya khawatirkan bisa terjadi. Hujan deras dan angin kencang yg dipicu oleh badai vorteks. Semoga tidak ada lagi eskalasi ekstrem setelah Maret ini. Hati-hati semuanya. #SADEWA_BRIN,” ungkapnya.

Seperti yang diketahui, hujan deras disertai angin kencang melanda sebagian wilayah Indonesia saat ini. Menurut pantauan, hari ini hujan deras turun sejak subuh hingga siang, dengan intensitas sedang dan deran namun berkelanjutan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*