Dukungan untuk Rusia telah tumbuh sejak serangan skala penuh ke Ukraina. Hal ini terungkap dalam sebuah laporan dari Economist Intelligence Unit (EIU) yang dirilis awal Maret lalu.
Dalam laporannya yang dikutipĀ CNBC International, Kamis (30/3/2023), dukungan untuk Rusia meningkat berkat ‘pesona’ diplomatik Putin terhadap negara-negara yang sebelumnya netral atau tidak selaras secara geopolitik.
EIU mencatat peningkatan signifikan sebanyak 35 negara condong mendukung Rusia, meningkat dari 29 negara tahun lalu. Hal ini dinilai dari penegakan sanksi negara, pola pemungutan suara PBB, tren politik dalam negeri, dan pernyataan resmi di samping hubungan ekonomi, politik, militer, serta sejarah.
“China tetap menjadi negara paling signifikan dalam kategori ini, tetapi negara berkembang lainnya (terutama Afrika Selatan, Mali, dan Burkina Faso) juga masuk ke dalam kelompok ini, yang menyumbang 33% dari populasi dunia,” kata laporan EIU, menambahkan bahwa tren ini menyoroti pengaruh Rusia yang berkembang di Afrika.
Awal bulan ini, Presiden China Xi Jinping bahkan telah bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow. Dalam pertemuan itu, kedua pemimpin berjanji untuk memperdalam hubungan ekonomi.
Sementara itu, Afrika Selatan menimbulkan kontroversi pada Februari dengan mengadakan latihan militer bersama dengan Rusia dan China pada peringatan invasi Ukraina.
Menteri Luar Negeri Afrika Selatan Naledi Pandor mengindikasikan bahwa “transfer senjata besar-besaran” dari Barat ke Ukraina telah mengubah pandangan Pretoria. Ia juga memuji hubungan bilateral ekonomi yang berkembang negara itu dengan Moskow.
EIU mengatakan jumlah negara netral naik dari 32 menjadi 35, sekarang mewakili hampir 31% dari populasi global.
“Beberapa negara yang sebelumnya berpihak pada Barat, termasuk Kolombia, Turki, dan Qatar, telah masuk ke dalam kategori ini karena pemerintah mereka berusaha untuk meraup keuntungan ekonomi dari keterlibatan kedua belah pihak,” kata EIU.
“Namun, baik Rusia maupun China meningkatkan taruhan dalam merekrut negara-negara yang nonblok dan netral.”
Adapun, pusat ekonomi dan populasi terbesar India dianggap masih ‘netral’ oleh EIU, meski Moskow mengeklaim awal pekan ini bahwa ekspor minyak ke India meningkat 22 kali lipat tahun lalu.
Sebaliknya, jumlah negara yang secara aktif mengutuk Rusia turun dari 131 menjadi 122. Blok yang dipimpin Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) termasuk negara-negara “berhaluan Barat” mewakili sekitar 36% dari populasi global.
“Ini menunjukkan tingkat kolaborasi yang kuat dalam sanksi bersama dengan dukungan militer dan ekonomi yang konsisten untuk Ukraina,” kata laporan itu.
EIU menuturkan propaganda Rusia di negara-negara berkembang bekerja dengan sangat baik, dan memicu kebencian terhadap bekas kekuatan kolonial.
“Dan menurut saya juga memicu gagasan bahwa sanksi dari negara-negara Barat memicu kerawanan pangan global, kerawanan energi global terutama di negara-negara berkembang,” kata EIU Global Forecasting Direktur Agathe Demarais.