Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengungkapkan, salah satu pembahasan di dalam Sidang Kabinet Paripurna hari ini adalah kewaspadaan terjadinya El Nino di Indonesia.
Suharaso menjelaskan, berdasarkan oceanic nino index (ONI), tahun depan atau 2024 diperkirakan akan terjadi El Nino atau fenomena pemanasan suhu muka air laut.
“Kami menyampaikan bahwa berdasarkan oceanic nino index, tahun depan ada kecenderungan terjadi EL Nino, justru kita kekurangan air,” jelas Suharso saat melakukan keterangan pers usai menghadiri rapat sidang kabinet paripurna di Istana Negara Jakarta, Kamis (2/3/2023).
“Ini ada hubungannya dengan pangan, produksi padi, dan seterusnya. Diperlukan penguatan early warning system dan teknologi modifikasi cuaca, dan sebagainya,” kata Suharso lagi.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi, El Nino atau fenomena pemanasan suhu muka air laut, akan muncul di semester kedua tahun ini.
Meskipun kekuatannya diprediksi lemah, namun dampak bilamana El Nino kuat muncul tetap perlu diwaspadai.
Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Dodo Gunawan mengungkapkan, salah satu dampak dari adanya bencana El Nino adalah kemarau panjang dan membuat seluruh area pertanian kekeringan.
Ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) berpotensi bisa terjadi di wilayah Indonesia Timur yang relatif lebih kering seperti di Kalimantan, Sumatera, Riau dan Jambi.
“Sumatera sering terjadi hotspot dan karhutla, ini tempat-tempat yang kita waspadai,” ungkap Dodo kepada CNBC Indonesia, Kamis (2/3/2023).
Dalam kondisi kering, bila aktivitas pembukaan lahan dilakukan dengan cara membakar, akan sangat berisiko terjadi kebakaran yang luas dan tidak terkendali, apalagi di lahan gambut.
“Kalau sudah kadung kejadian, alias tidak memperhatikan early warning, maka terjadilah seperti 2015, dan penanggulangan yang sudah kadung terjadi jauh lebih sulit dari pada pencegahan. Dari pelajaran 2015 juga sekarang jabatan di TNI/POLRI jadi taruhan terkait Karhutla,” kata Dodo lagi.